Jakarta – Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi khawatir neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2014 ini mengalami defisit yang lebih besar dibanding 2013, menyusul melonjaknya subsidi bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 74,3 triliun.“Kayaknya kita terpaksa harus mendapat tekanan impor migas. Tapi lagi-lagi itu (impor) hanya sebagai konsekuensi saja,” ungkap Bayu ditemui di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (22/5/2014).
Bayu mengatakan, besarnya impor BBM tahun ini tergantung bagaimana PT Pertamina (Persero) dan Kementerian ESDM dalam memenuhi kebutuhan energi domestik. “Seperti apa (kebijakannya), dikaitkan dengan lifting,” imbuhnya.
Sebagai informasi, pemerintah dalam Rancangan APBN-Perubahan 2014 telah menetapkan pagu belanja subsidi BBM sebesar Rp285 triliun atau naik Rp74,3 triliun dari pagu yang ditetapkan dalam APBN sebesar Rp210,7 triliun.
Melonjaknya angka subsidi lantaran nilai tukar rupiah yang meleset dari asumsi awal sebesar Rp 10.500 per dollar AS. Tahun lalu, neraca perdagangan Indonesia dari Januari-Desember 2013 secara kumulatif mengalami defisit sebesar 4,063 miliar dollar AS.
Sepanjang Januari-Desember 2013, perdagangan hasil minyak mengalami defisit sangat besar senilai 24,268 miliar dollar AS, dan minyak mentah defisit sebesar 3,382 miliar dollar AS. Secara total perdagangan migas mengalami defisit 12,633 miliar dollar AS.kmp