Bintang Pos, Surabaya – Empat universitas beradu dalam “Indonesia Chem-E-Car Competition 2013” yang merupakan kompetisi nasional untuk mobil berbahan bakar alternatif di Gedung Robotika ITS Surabaya, Sabtu.
“Ada tujuh mobil dari UGM, Politeknik Negeri Bandung, UI, dan ITS yang bertanding. Mereka umumnya menggerakkan mobil dengan reaksi kimia dari alat pemutih lumut di toilet atau kamar mandi,” kata Ketua Panitia Chem-E-Car Hanif Mubarok.
Didampingi Ketua “Chernival Chemical Engineering Innovation Festival” (festival yang di dalamnya ada even Chem-E-Car), Raymond Vensky Rattu, ia menjelaskan Chem-E-Car tahun 2011 diikuti 11 tim, tapi tahun 2013 hanya tujuh tim dari empat universitas.
“Tahun 2011 cukup banyak, karena ada peserta dari luar negeri, tapi tahun ini tidak ada karena bersamaan dengan even serupa di negera lain seperti Malaysia, Thailand, dan sebagainya, sedangkan kompetisi tingkat dunia di Australia pada Juni mendatang,” katanya.
Tentang penilaian, ia mengatakan penilaian ditentukan studi kasus dengan dua undian yakni undian beban dan undian jarak. “Beban akan diberikan dalam kisaran 0-20 persen dari bobot mobil, lalu berat beban itu yang menentukan undian jarak yang harus dicapai,” katanya.
Bagi pemenang, panitia akan menyiapkan bantuan dana Rp10 juta untuk juara pertama, Rp7 juta untuk juara kedua, dan Rp4 juta untuk juara ketiga. “Khusus juara pertama akan difasilitasi Aptekindo untuk beradu ke even di tingkat dunia,” katanya.
Dari tujuh tim peserta itu, UGM mengeluarkan tiga mobil yakni mobil “Sugriwa III” yang berbahan bakar Asam Chlorida (HCl) untuk sistem rem dan Magnesium untuk sistem penggerak. “Itu merupakan alat pemutih lumut di toilet atau kamar mandi,” katanya.
Selain itu, UGM juga mengeluarkan mobil “Subali IV Car” yang berbahan bakar Hydrogen Peroxida sebagai penghasil gerak. “Hydorgen Peroxida itu alat pemutih yang lebih ampuh lagi, tapi mobil Subali itu juga Bejana Tekanan yang merupakan penggerak,” katanya.
Mobil berbahan bakar alternatif yang lain dari UGM adalah “Anjani” yang menggunakan penggerak “fuel cell” dari Zodium Peroksida.
Sementara tim dari Politeknik Negeri Bandung ada dua yakni tim mobil “Sangkuriang” dan tim mobil “The Warrior”. Sangkuriang memakai “fuel cell” buatan sendiri dari zinc dan asam sulfat, sedangkan The Warrior menggunakan batere alumunim yang menghasilkan listrik.
“Untuk mobil Spektronics 5 dari ITS juga menggunakan reaksi kimia dari alat pemutih, lalu reaksi itulah yang mengisi Bejana Tekanan mirip tabung gas yang akhirnya menggerakkan mobil,” katanya.
Tahun 2011, alat pemutih yang sama juga digunakan, tapi reaksi kimia yang ada menggerakkan piston, bukan turbin. “Kalau dengan turbin tidak ada energi yang terbuang,” katanya.
Ia menambahkan tim UI juga mengeluarkan satu mobil yakni “Altair 1.0″. Bahan bakar yang digunakan dari elektroda alumunium yang bisa menghasilkan gas bila bereaksi dengan udara, lalu reaksi itu menghasilkan listrik yang diubah jadi energi penggerak,” katanya. (ant-kba)