Bintang Pos, Surabaya- Nyamuk kadung identik dengan pembawa penyakit. Padahal biasanya nyamuk baru bisa menularkan penyakit ketika ‘ditunggangi’ oleh parasit tertentu, misalnya malaria. Dengan kata lain nyamuk tak melulu dapat menyebabkan musibah karena itu bergantung pada parasit yang menumpang di tubuhnya.
Hal ini menunjukkan pentingnya wawasan tentang nyamuk dan kecenderungannya untuk membawa penyakit tertentu karena ternyata belum banyak orang yang tahu. Untuk lebih jelasnya, simak lima kesalahpahaman terbesar terkait nyamuk berdasarkan keterangan seorang pakar entomologi di Division of Vector-Born Diseases, CDC, AS, Janet McAllister, Ph.D., seperti dikutip Huffingtonpost, Sabtu (1/5/2013):
Mitos 1: Semua jenis nyamuk itu sama saja atau kurang lebih sama
Sebagian besar orang seringkali berasumsi bahwa perbedaan antara satu jenis nyamuk dengan nyamuk lainnya tampaknya tak begitu besar. Padahal menurut McAllister, spesies nyamuk-nyamuk itu sama sekali berbeda antara satu sama lain seperti halnya antara singa dengan kucing rumahan.
“Mereka mempunyai perilaku yang sangat berbeda, preferensi pilihan makanan dan di mana mereka tinggal yang juga sama sekali berbeda,” lanjutnya.
Bahkan untuk urusan tempat tinggal ini bisa jadi masalah besar. Sebab spesies nyamuk kota tidak dapat tinggal di pedalaman dan terdapat beberapa spesies yang hanya bisa berkembang biak di daerah yang sangat spesifik. Jadi jenis nyamuk apa yang menyukai lingkungan tempat tinggal Anda dapat berdampak pada penyakit apa yang mungkin memapari Anda nantinya.
Yang tak kalah penting untuk diketahui, hanya nyamuk betina yang dapat menggigit manusia.
Mitos 2: Semua jenis nyamuk membawa bibit penyakit
“Terdapat lebih dari 3.000 spesies nyamuk di penjuru dunia, tapi hanya beberapa ratus yang dapat membawa bibit penyakit. Hal ini karena kebanyakan nyamuk tidak dapat menggigit manusia, sebagian justru lebih memilih hewan-hewan seperti amfibi dan reptil,” kata McAllister.
Nyamuk-nyamuk yang membawa penyakit biasanya terkonsentrasi di spesies-spesies tertentu. Misalnya, virus West Nile dan virus ensefalitis St. Louis yang ‘menumpang’ pada nyamuk spesies Culex. “Tapi itu bukan berarti bahwa spesies Culex merupakan satu-satunya serangga yang dapat menyebarkan virus-virus paling berbahaya tersebut,” terang McAllister.
Namun tampaknya spesies Culex-lah yang diketahui menjadi satu-satunya penyebab wabah penyakit dari kedua virus untuk alasan yang belum dipahami para ilmuwan sampai sekarang.
Mitos 3: Jumlah nyamuk di musim kemarau lebih sedikit daripada di musim hujan
“Nyamuk memang berkembang biak di dalam air, tapi sebenarnya kondisi kekeringan justru paling berpotensi menimbulkan penyakit. Sebab air terkonsentrasi yang jauh lebih kotor dan lebih kaya akan bahan-bahan organik terlihat lebih menarik bagi nyamuk-nyamuk pembawa penyakit,” jelas McAllister.
Lagipula kurangnya sumber daya air pada musim kemarau berarti bahwa nyamuk dan burung-burung yang banyak membawa penyakit akan saling berbagi sumber daya, sehingga menciptakan lingkungan yang memudahkan penyebaran penyakit.
Mitos 4: Nyamuk hanya memilih orang-orang dengan ‘darah manis’
Memang benar nyamuk hanya menggigit orang-orang tertentu, tapi hal ini tak ada kaitannya dengan kadar gula darah, penggunaan aroma tertentu atau berbagai faktor lain yang umumnya dianggap dapat menarik perhatian nyamuk.
“Beda spesies, beda juga ketertarikannya pada sesuatu, meski para pakar telah menemukan bahwa secara umum nyamuk menyukai karbon dioksida, asam laktat dan strain bakteri tertentu yang konsentrasinya lebih tinggi pada orang-orang tertentu,” tandas McAllister.
Selain itu, orang-orang dapat membuat diri mereka terlihat lebih atraktif bagi nyamuk, terutama sehabis berolahraga karena dalam tubuh orang-orang itu terdapat kombinasi antara keringat, karbon dioksida dan asam laktat.
Mitos #5: Bawang putih dapat menjauhkan diri dari nyamuk
Ada beberapa orang yang rela mengonsumsi suplemen bawang putih atau makan bawang putih mentah demi menjauhkan dirinya dari nyamuk, tapi nyatanya tak ada bukti ilmiah yang mendukung hal ini.(dtk)