Bintang Pos, Surabaya – Kampung Banyu Urip Jaya Gang I, Minggu (24/3/2013) siang tiba-tiba gempar. Salah satu warganya, Arief Andiyanto (44) sekitar pukul 11.00 WIB muncul didampingi sejumlah polisi berpakaian dinas maupun preman. Tanpa banyak bicara, rombongan itu langsung menuju rumah Arief di nomor 45. Begitu datang, Arief disambut istrinya, Waldimah.
“Ada mayat di rumahnya mbak Mah (sapaan Waldimah-red), mas Arif yang mbunuh,” ujar sejumlah warga yang langsung mengerumuni rumah berpagar hitam itu. Ketua RT 2 RW 5, Kelurahan Putat Jaya, Latifah langsung diajak masuk ke dalam rumah. Dan benar, di taman yang terletak di tengah rumah, ketika dibongkar, ditemukan jenasah sesosok pria yang sudah membusuk. “Masih pakai baju, tapi badannya sudah hampir hancur,” kata Latifah, usai mengikut prosesi penggalian.
Lebih lanjut, Latifah menjelaskan, jenasah pria yang tidak dikenalnya itu disemen di tempat bekas kolam ikan. Ketika masuk, Latifah sempat bertemu Arif dan Waldimah. Arief hanya diam saja, sedangkan Waldimah terlihat menahan tangis. Di rumah itu, kata Latifah, Arif tinggal bersama Waldimah dan empaat anaknya, serta ibu kandungnya Widowati. Rumah itu sebelumnya milik Alm Sutikno, ayah Arief. “Tadi saya tidak melihat ibu dan anak-anak mbak Mah, kelihatannya sudah diungsikan,” lanjut Latifah.
Informasinya, mayat itu diketahui bernama Rudi Gunawan (45), pengusaha besi warga Jl Manyar Kertoarjo. Sebelumnya, istri Rudi, sudah melapor ke Polrestabes Surabaya kalau suaminya menghilang sejak 13 Maret 2013 lalu. Istri Rudi menduga suaminya itu diculik, karena sempat dihubungi untuk menyerahkan uang tebusan senilai Rp 50 Juta.
AKP Agung Pribadi Kanit Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya, mengakui bila jenasah itu adalah pengusaha besi yang dilaporkan menghilang sejak 11 hari yang lalu. “Ini jenasahnya. Yang membunuh sudah ditangkap Denpom, dan Arief yang membantu. Sudah tersangka,” jelas Agung singkat.
Tersangka yang sudah ditangkap Denpom adalah Pelda Edi Junaidi (44), yang tidak lain adik ipar Arief. Edi menikah dengan Evi, adik bungsu Arief dan tinggal di perumahan Denpom V /Brawijaya. “Dulunya pernah tinggal di sini. Istrinya namanya Evi. Tapi orang-orang memanggilnya Nevi,” tambah Latifah.
Informasi yang berhasil dikumpulkan, pembunuhan terjadi pada 12 Maret. Sebelumnya, Edi dan Rudi adalah rekan bisnis. Pada malam itu, keduanya bertemu dan sempat terjadi keributan hingga akhirnya Edi mengambil paksa uang Rudi di ATM sebesar Rp 10 juta. “Setelah mendapatkan uang Rp 10 juta itu, keduanya masih cek-cok di dalam mobil korban, Toyota Avanza hitam L 1678 PG,” jelas seorang penyidik.
Karena emosi, Pelda Edi yang bertugas sebagai Bintara Tinggi Pemelihara Ketertiban (Bati Hartib) Denpom V/Brawijaya, kemudian membunuh Rudi. Untuk beberapa saat, mayat korban dibiarkan di dalam mobilnya. Karena sudah mulai membusuk, Edi lalu membawanya ke rumah mertuanya dan dibantu Arief keduanya lalu mengubur jenasah Rudi di bekas kolam ikan yang sudah tidak terpakai di dalam rumah tersebut.
Mobil Toyota Avanza hitam milik Rudi dibiarkan terparkir di pinggir Jl Raya Tambak Oso Wilangun, sekitar terminal bis Tambak Oso Wilangun. Penemunya adalah Rawi, warga Jl Kalianak pada Jumat (15/3) sekitar pukul 08.24 WIB di Polsek Asem Rowo. Hal itu berdasarkan data yang masuk di Mapolsek Asem Rowo pada hari itu.
Kasus pembunuhan ini terungkap, setelah dalam laporan polisi, istri Rudi menyebut nama Edi sebagai salah satu rekan bisnis terakhir yang akan ditemui Rudi. Karena Edi anggota TNI aktif, polisi lalu bekerjasama dengan Pomdam V/Brawijaya untuk menangkapnya.
Kepala Penerangan Kodam V Brawijaya, Kolonel (Arm) Totok Sugiarto membenarkan bila Pelda Edi Junaedi adalah anggota Kodam V Brawijaya. “Dia berdinas di Denpom V/IV Brawijaya. Saat ini masih dalam proses pemeriksaan di Pomdam V/Brawijaya untuk mengetahui motifnya,” kata Totok.(sry-kba)