Jakarta – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 5,21 persen. Realisasi pertumbuhan ini jauh dari asumsi dalam APBN 2014 yakni sebesar enam persen atau pun target pesimistis pemerintah sebesar 5,5 persen.
Realisasi pertumbuhan ekonomi yang melambat ini membuat para pelaku usaha pesimistis dengan perkembangan ekonomi ke depan.
Namun, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Selasa 6 Mei 2014, menyatakan bahwa penurunan laju pertumbuhan ini merupakan hal yang wajar.
“Kami di pemerintah sudah memprediksikan dalam satu sampai dua tahun ke depan akan ada tren penurunan, karena kebijakan pemerintah mengurangi ekspor,” ujar Hidayat di Jakarta.
Kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah, ia melanjutkan, memang membuat kinerja industri dalam negeri turun. Selain itu, siklus pertumbuhan industri pada kuartal pertama memang selalu lambat.
Meski begitu, pada kuartal kedua diperkirakan pertumbuhan semakin baik. Walaupun tidak mencapai 6,3 persen seperti target pemerintah, namun tidak akan serendah pada kuartal pertama tahun ini.
Sebelumnya, berdasarkan data BPS yang dikutip Selasa 6 Mei 2014, menunjukkan bahwa peningkatan kondisi bisnis pada triwulan I-2014 hanya terjadi pada tiga sektor. Peningkatan tertinggi terjadi pada kelompok sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan dengan nilai ITB sebesar 115,79, atau meningkat dari triwulan IV-2013 yang sebesar 95,54.
Selanjutnya, kelompok sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan meningkat menjadi 108,43 dari sebelumnya sebesar 107,20. Sementara itu, kelompok sektor jasa-jasa lainnya meningkat dari 103,33 pada triwulan IV-2013 menjadi 108,30 di triwulan I-2014.
Penurunan tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai ITB sebesar 94,61 (pada triwulan IV mencapai 106), sektor konstruksi sebesar 99,32 (triwulan IV sebesar 106,3), industri pengolahan 99,75 (triwulan IV tembus 104,16), perdagangan, hotel dan restoran sebesar 99,77 (triwulan IV di 106,94). vns