Bintang Pos, Surabaya Meningkatnya arus kapal dan barang di Pelabuhan Tanjung Perak selama 5 tahun (2008-2012) membuat PT Pelindo mencari terobosan dan solusi agar tidak berdampak over cargo flow.
Mengatasi masalah tersebut PT Pelindo III menggelar Workshop Strategi Pengembangan Transportasi Laut dalam rangka Musyawarah Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur, Selasa (9/4/2013) di Hotel Sahid Surabaya.
Workshop dilakukan melalui study kasus pada upaya dan improvement Pelabuhan Tanjung Perak diantaranya rekonfigurasi, pembangunan terminal multipurpose Teluk Lamong, pembangunan multipurpose Manyar dan akses/jalan berupa alur pelayaran barat Surabaya dan akses darat. “Pertumbuhannya meningkat, maka kami mencari upaya tersebut,” ujar Edi Priyanto, Humas PT. Pelindo III.
Pertumbuhan arus kapal dan barang tersebut, dijelaskan Edi, diantaranya pada jenis barang curah kering tumbuh 11%, petikemas tumbuh 7%, curah cair tumbuh 5% dan jenis barang general cargo tumbuh 2%. “Ketika arus kapal dan barang meningkat, disisi lain kapasitas terbatas. Akibatnya, timbul permasalahan bahwa fasilitas eksisting di Tanjung Perak sudah tidak bisa dikembangkan, kegiatan bongkar muat tidak tersegmentasi dan lahan efektif di pelabuhan Tanjung Perak dari 545 ha hanya 311 ha yang produktif,” terangnya.
Pelabuhan Tanjung Perak sebagai pelabuhan Internasional dan pintu gerbang kawasan timur, dimana saat ini terdapat sedikitnya 13 shipping line dan 12 destination untuk jalur Internasional. Sedangkan untuk pelayaran domestik terdapat sedikitnya 17 perusahaan pelayaran dan memiliki 29 rute pelayaran dari dan ke pelabuhan Tanjung Perak.
Selain itu, Edi memaparkan, penataan pelabuhan Tanjung perak diawali dengan rencana melakukan rekonfigurasi dengan melakukan spesialisasi terminal di pelabuhan Tanjung Perak, seperti terminal jamrud dikhususkan untuk jenis barang general Cargo Internasional dan curah kering Internasional.
Sedangkan terminal Mirah diperuntukkan untuk general cargo domestik dan Roro, terminal berlian khusus untuk petikemas, dan terminal nilam untuk jenis curah kering, curah cair dan petikemas.
Dengan dilakukannya rekonfigurasi maka akan terjadi peningkatan kinerja dan produktifitas. Dalam Workshop tersebut, Edi mengaku bahwa rekonfigurasi baru dilakukan pada awal tahun 2014 sambil menunggu penyelesaian pembangunan terminal multipurpose Teluk Lamong. (bjt-kba)