Bintang Pos, Surabaya – Pemprov Jatim menggerojok sembako sampai di kecamatan-kecamatan se-Jatim. Ini dinilai merupakan cara paling tepat untuk menjaga kestabilan harga barang kebutuhan pokok (sembako) pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Timur Soekarwo saat melepas 31 truk yang berisi sembako untuk operasi pasar sampai di kecamatan se-Jatim di halaman gedung negara Grahadi Surabaya, Selasa (25/6/2013).
Pakde Karwo sapaan lekat Gubernur Soekarwo menjelaskan, di negara berkembang seperti Indonesia ini, cara yang digunakan untuk menstabilkan harga tidak sama dengan negara maju atau negara yang sudah mapan. Kalau di Indonesia atau tepatnya di Jawa Timur, cara yang paling tepat untuk menstabilkan harga atau cara untuk menahan supaya harga tidak melambung tinggi, yaitu pemerintah harus turun tangan dengan memberikan biaya angkut bahan/barang sembako hingga kecamatan se-Jatim selama 65 hari mulai 15 Juni-28 Agustus 2013.
“Sementara di negara maju, cara untuk menstabilkan harga adalah moneter atau suku bunga bank. Tetapi kalau di sini stok barang, karena issue lebih dominan dan lebih berperan dari berita atau kenyataan,” jelasnya.
Selain ongkos angkut, lanjutnya, pemerintah juga memberikan/menggerojok persediaan barang di pasar-pasar sampai ke kecamatan. Tujuannya adalah untuk mencegah supaya tidak terjadi penimbunan barang oleh para tengkulak atau pengusaha, sehingga barang kebutuhan menjadi langka.
Dampaknya, harga terus melambung naik di pasaran. “Kalau di pasar sudah digerojok barang kebutuhan oleh pemerintah, maka barang tidak langka atau kurang. Otomatis, pengusaha atau tengkulak yang menimbun barang akan rugi. Karena mereka tidak bisa menjual barang-barang mereka dengan harga mahal,” tegasnya.
Lebih lanjut disampaikannya, ke-31 truk dan pick up yang dilepas gubernur itu mengangkut sembako antara lain beras 11 truk, gula 5 truk, terigu 5 truk, minyak goreng 5 truk, telor 5 truk. Barang atau sembako- sembako itu diangkut untuk operasi pasar di wilayah Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Yakni Pasar Tambaksari, Kenjeran, Balongsari, Soponyono, Pasar Pucang, Tambak Rejo, dan Pasar Dukuh, Pasar Sukodono serta Pasar Giri dan pasar Kebomas Gresik.
Pakde Karwo menjelaskan, barang-barang yang dikirim ke-31 titik distribusi sebelum ke pasar-pasar di seluruh Jawa Timur ini adalah hasil dari kerjasama antara Pemprov Jatim dengan Bulog Jatim dan PTPN X s/d XII, serta perusahaan minyak goreng (untuk menyediakan beras, gula dan minyak goreng), dan Bank Indonesia untuk menangani masalah perkembangan dan pertumbuhan ekonominya.
Cara mengatur harga agar tidak naik dengan menggerojok barang kebutuhan di pasar-pasar hanya di Jawa Timur saja, sedangkan di daerah lain (di Indonesia) tidak ada. Dan ini disebut model Jawa Timuran. Caranya selain kerjasama dengan instansi terkait, pemprov juga bekerjasama dengan sopir dan kru truk untuk menjalankan tugasnya mulai dari muara sampai di tujuan dengan selamat.(bjt)