Bintang Pos, Surabaya– Niko Dwi Sandi (14), bocah pengidap kanker tulang yang mendapat bantuan dari Bupati Jember MZA Djalal itu, akhirnya meninggal dunia. Ia menutup mata di RS Daerah dr. Soebandi, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (21/5/2013) malam tadi.
Niko sebenarnya direncanakan menjalani operasi Rabu (22/5/2013) ini. Namun jelang malam, ia mengalami sesak napas. Pukul 19.20, ia mengembuskan napas terakhir. “Sejak sore kondisinya memang drop,” kata Dudung Ari Rusli, dokter Palang Merah Indonesia yang mengantarkan Niko ke dr. Soebandi.
Dudung berduka atas meninggalnya Niko. Namun ia menghargai semangat hidup Niko yang luar biasa. Keinginan bocah yang senang bermain sepak bola itu luar biasa. Niko dimakamkan di dekat rumahnya di Dusun Krajan, Desa Balung Lor, Kecamatan Balung.
Tanda-tanda kanker mulai menyerang Niko sebenarnya sudah muncul saat berusia 10 tahun. Ia kala itu duduk di bangku kelas empat Sekolah Dasar Negeri Balung Lor 1. Ada benjolan di paha kiri yang baru diketahuinya, ketika mandi.
“Saya buka celana, kok kayak benjol. Saya kira benjolan biasa, jadi saya biarkan,” kata Niko semasa hidup kepada beritajatim.com. ia mengira, benjolan itu muncul akibat terjatuh saat bermain sepak bola.
Keluarga Niko khawatir, sehingga membawa anak kedua dari tiga bersaudara itu ke Rumah Sakit Daerah Balung. Dari sana, Niko dirujuk ke RSD dr. Soebandi. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, dokter memutuskan: kaki kiri Niko harus diamputasi.
Kehilangan satu kaki adalah kabar buruk bagi bocah seperti Niko. Ia tak bisa membayangkan hari-harinya dijalani dengan terpincang-pincang. Jelas dia tak akan pernah bisa menendang bola di lapangan layaknya anak-anak seusianya. Akhirnya ia menolak diamputasi, dan memilih mencari obat penyembuh alternatif. “Saya belum siap dulu. Saya kira masih bisa sembuh,” katanya. Namun, obat penyembuh itu tak juga ditemukan.
Tiga tahun berjalan, benjolan di kaki Niko makin membesar. Niko kesakitan luar biasa. Ia tak sanggup melanjutkan pendidikan di sekolah menengah pertama. “Saya tidak tahan,” katanya.
Niko merasa kanker tulang yang menggerogoti kakinya semakin parah. Dia pun memutuskan kembali ke RSD dr. Soebandi agar kaki kiri itu diamputasi beberapa waktu lalu.
Niko dirawat sepekan di rumah sakit terbesar di ujung timur Jawa Timur itu. Namun, tim dokter rumah sakit kali ini memutuskan berbeda dengan saat Niko pertama kali ke rumah sakit: amputasi belum bisa dilakukan. Kondisi fisik Niko tidak memungkinkan untuk dioperasi. Niko pun kembali pulang ke rumah. Namun kondisinya tidak semakin membaik dan mengalami gizi buruk.
Penyakit yang diderita Niko mendapat perhatian Bupati Djalal. Djalal memerintakan agar dr. Soebandi menangani penyembuhan Niko dengan biaya ditanggung sang bupati. Namun, penyakit kanker sudah terlampau ganas dan Niko pun tak mampu bertahan.(bjt)