Bintang Pos, Surabaya – Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, meneliti struktur batu bata kuno yang ditemukan saat penggalian sumber mata air di Kelurahan Tinalan, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri.
“Temuan ini salah satu struktur. Ini ada kemungkinan kaitannya dengan pemanfaatan air entah bangunan air, saluran air, atau patirtan,” kata koordinator kelompok kerja perlindungan, penyelamatan, dan pengamanan BP3 Trowulan Nugroho Hardjo Lukito dikonfirmasi saat meninjau lokasi temuan, Jumat.
Ia mengatakan, situs di Kediri banya ditemukan yang ada kaitannya dengan air. Namun, untuk mengetahui pasti tentang strukturnya tidak bisa hanya dilihat tapi dilakukan ekskavasi.
“Kami bisa melakukan kajian ilmiah dengan ekskavasi untuk mengetahui minimal bentuk bangunannya,” katanya.
Pihaknya menyerahkan sepenuhnya jika akan dilakukan ekskavasi pada pemerintah kota. Peran dari pemerintah sangat diperlukan untuk keperluan ekskavasi ataupun untuk pemeliharaan situs yang sudah ditemukan.
Ia juga mengaku belum mengetahui persis zaman dari struktur yang ditemukan itu. Namun, dilihat dari maraknya temuan situs di Kediri serta struktur batu bata yang ditemukan kemungkinan dari masa Kerajaan Kadiri mulai Airlangga sampai Kertajaya.
“Tapi tidak menutup kemungkinan setelah itu (masa Kerajaan Kadiri) masih ada pembangunan dengan struktur itu. Pada dasarnya, Kediri tidak pernah runtuh walaupun Kertajaya hilang, masih banyak tempat yang sangat penting saat masa Kerajaan Majapahit masih ada,” tuturnya, menjelaskan.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olah Raga Kota Kediri Nur Mukhyar mengatakan sengaja mengudang tim BP3 Trowulan untuk meneliti tentang situs berupa sumber mata air di Kelurahan Tinalan, Kota Kediri itu.
“Kami sudah mengambil sampel dan mengirimkannya ke BP3 Trowulan. Kami minta dilakukan penelitian lebih lanjut dan baru bisa datang saat ini,” ujarnya.
Pihaknya akan koordinasi lebih lanjut dengan BP3 Trowulan untuk kelanjutan setelah kunjungan itu. Jika diperlukan untuk ekskavasi dan harus diperlakukan dengan beda, pemda akan meminta untuk tidak dilakukan penggalian di lokasi tersebut.
Pemkot, kata dia, juga siap untuk mengalokasikan anggaran. Pemkot belum mempunyai ahli tersendiri, sehingga jika memang akan dilakukan ekskavasi harus melibatkan pihak luar yang lebih ahli.
Lokasi temuan sumber mata air saat ini ramai didatangi warga. Sabar (56) salah seorang warga yang mengetahui adanya sumber air itu mengatakan awalnya akan menggali sumber yang ada di tempat itu.
Awalnya, terdapat sumber mata air ketika digali sedalam dua meter dan kecil. Namun, ketika terus dilakukan penggalian, ternyata sumber mata air itu lebih besar lagi. Saat ini, sumber mata air itu digali sedalam sampai enam meter dan air yang keluar sudah berbentuk kolam.
Sumber mata air itu berada di tanah pemkot, dimana luas lahan itu mencapai 10 ribu meter persegi. Masyarakat dengan perangkat memang sengaja melakukan penggalian untuk keperluan saluran irigasi dan ternyata menemukan struktur batu kuno. (ant-pgh)