Jakarta – Menteri Keuangan Chatib Basri menyebut pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini sangat sulit mencapai 5,8 persen. Tidak hanya Indonesia, namun seluruh negara emerging market tengah mengalami perlambatan.
Dia bilang, pertumbuhan ekonomi Afrika Selatan diperkirakan hanya tumbuh di kisaran 1,8 persen, sedangkan Brazil tengah mengalami resesi. Chatib menambahkan, pertumbuhan ekonomi Turki juga diperkirakan hanya di kisaran 3 persen.
Indonesia, India, bersama China adalah tiga emerging marketyang dianggap memiliki pertumbuhan lebih baik. Meski begitu, Indonesia diperkirakan hanya mampu tumbuh di kisaran 5,1 persen.
“Saya lihat, kecederungannya kita memasuki era emerging marketyang growth-nya lebih lambat,” ucap Chatib, Senin (13/10/2014).
Ekspektasi bahwa Indonesia mampu tumbuh lebih tinggi memang tidak mudah. Sebab, kata Chatib, kecenderungan global juga menunjukkan perlambatan. Di sisi lain, gejolak yang terjadi di Jerman juga dianggap sebagai resiko bagi emerging market, meski normalisasi The Fed masih menjadi momok utama.
Indonesia, kata Chatib sebenarnya bisa berharap ekspor meningkat dengan adanya pelemahan rupiah. Masalahnya, permintaan Tiongkok juga melemah, meski harga komoditas ekspor Indonesia murah. “Jadi itu not necessarily dorong ekspor,” kata Chatib.
Di sisi lain, investasi masuk terkendala oleh tingkat bunga yang relatif tinggi. Selain bunga, fiskal Indonesia juga harus diperbaiki dengan realokasi subsidi bahan bakar minyak.
Meski nampak berat bagi Indonesia, dalam pertemuan Bank Dunia-IMF di Washington, Amerika Serikat pekan lalu, Chatib mengatakan, forum mengapresiasi pertumbuhan ekonomi Indonesia, karena negara-negara maju hanya bisa tumbuh dua hingga tiga persen.
“Saya bilang tahun ini Indonesia hanya bisa 5 sampai 5,5 persen. Mereka bilang “wow”, 5,5 dibilang “hanya”. Karena, katanya mereka struggling dengan 2-3 persen,” tukas Chatib.kmp