Jakarta — Pemerintah Indonesia menolak bantuan negara lain dalam menangani terorisme pasca-ledakan dan penembakan di persimpangan Jalan MH Thamrin, Jakarta, yang terjadi pada Kamis (14/1/2016) siang. “Negara-negara ini nawarin, tetapi kita sampai sekarang masih merasa cukup dengan kemampuan kita,” kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan di Jakarta, Jumat (15/1/2016) malam.
Ia mengatakan, sejumlah negara yang menawarkan bantuan, antara lain, Amerika Serikat, Australia, Singapura, dan Malaysia.
Mantan Kepala Staf Kepresidenan itu menyampaikan bahwa negara-negara tersebut menawarkan bantuan dari sisi teknis.
“Mereka menawarkan bantuan dari hal teknis, tetapi saya lihat Pak Tito (Kapolda Metro Jaya) dan Densus (88 Antiteror) punya peralatan yang cukup canggih juga, jadi sampai saat ini kita masih bisa tangani,” kata Luhut.
Satu hari setelah kejadian ledakan bom dan penembakan di pos polisi persimpangan Jalan MH Thamrin, Densus 88 Antiteror melakukan penangkapan sejumlah terduga teroris di berbagai wilayah di Indonesia.
Kepolisian menangkap terduga teroris di Bekasi, Depok dan Cirebon (Jawa Barat); Tegal (Jawa Tengah); serta Balikpapan (Kalimantan Timur).
Di Jakarta, tim Polda Metro Jaya melakukan olah TKP di Meruya, Jakarta Utara, yang merupakan salah satu rumah terduga teroris kasus bom kawasan Thamrin dekat Sarinah.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya mengatakan, rumah tersebut merupakan tempat perakitan bom yang digunakan untuk aksi teror pada Kamis (14/1/2016) siang itu.
Polisi juga memperketat keamanan di sejumlah bandara serta melakukan razia di jalur-jalur perbatasan. kmp