Bintang Pos, Surabaya – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) semakin bertekad untuk membantu mewujudkan mobil masa depan bagi bangsa Indonesia. Setelah sukses dengan mobil hemat energi dan mobil listrik, ITS kini menyiapkan pengembangan kembali mobil bertenaga surya yang diberi nama Sapu Angin Surya untuk dipersiapkan berlaga di World Solar Challenge 2013 di Australia, 6-13 Oktober mendatang.
Mobil yang merupakan pengembangan dari mobil tenaga surya ITS Widya Wahana I, II dan III tersebut secara resmi di-soft launching di hadapan media massa, Rabu (10/7), di Gedung Rektorat ITS Surabaya. Saat ini mobil yang akan menjadi wakil satu-satunya dari Indonesia tersebut sedang dalam proses pengerjaan di sebuah bengkel milik Triaxis di Jakarta. Ini juga merupakan kali pertamanya ITS berlaga di ajang bergengsi bertaraf internasional tersebut.
World Solar Challenge adalah kompetisi dua tahunan yang diadakan di Australia untuk mencari mobil-mobil energi alternatif bertenaga surya dengan performa terbaik. Setiap mobil diharuskan menempuh perjalanan sejauh 3.000 kilometer dari kota Darwin menuju Adelaide dalam waktu lima hari. Mobil yang bisa sampai dengan waktu tercepat akan keluar sebagai juara.
Perlombaan ini diikuti oleh berbagai universitas dan korporasi besar dari berbagai belahan dunia. Pada gelaran tahun ini, tim ITS Solar Car menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia. Tim ini akan bersaing bersama tim-tim dari universitas ternama di dunia seperti MIT, Michigan University, Stanford University, hingga Tokai University dari Jepang.
Terdapat tiga kategori yang dilombakan tahun ini yakni, kategori Challenger Class, Cruiser Class dan Adventure Class. Kategori pertama ditujukan untuk mobil-mobil prototype dengan satu orang pengemudi. Pada kategori ini, sebanyak 90 persen bahan bakar mobil harus berasal dari tenaga surya. Pada kategori kedua, Cruiser Class, yang dilombakan adalah mobil-mobil dengan desain mendekati mobil masa kini. “Kategori yang ketiga adalah gabungan dari dua kategori sebelumnya,” kata Agus Mukhlisin, General Manager tim.
Agus menyebutkan, mobil Sapu Angin Surya ini akan diikutkan pada kategori Challenger Class. Mobil ini akan berlomba bersama 28 tim lainnya dari seluruh dunia. Dari segi teknis, Agus meyakini bahwa mobil ini tidak kalah dari mobil-mobil lainnya. “Dari material mobilnya saja kita sama dengan mobil dari Tokai University yang dua tahun lalu menjadi pemenang,” ujar Agus.
Mobil Sapu Angin Surya direncanakan mampu melaju dengan kecepatan maksimal 130 kilometer per jam dengan rata-rata kecepatan 80 kilometer per jam. Mobil ini menggunakan dua motor penggerak yang diletakkan pada masing-masing roda. Mobil berbobot 180 kilogram ini dipastikan mampu menyimpan energi hingga 5,6 kilowatt per hour. “Dari segi teknis, kami yakin bahwa mobil ini bisa finish dalam posisi sepuluh besar dunia,” tegas Agus optimistis.
Saat ini mobil Sapu Angin Surya sedang dalam proses pabrikasi. Mobil ini akan dipamerkan kepada publik bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia pada bulan Agustus mendatang. Momen 17 Agustus sengaja dipilih sebagai simbolisasi kemerdekaan Indonesia terhadap masalah kelangkaan bahan bakar. “Proses pabrikasi berlangsung dari bulan Januari hingga Agustus di Jakarta dan siap diuji coba di pulau Madura pada bulan Agustus,” terang Agus.
Dr Muhammad Nur Yuniarto, pembimbing tim, menambahkan bahwa komitmen ITS untuk menciptakan mobil berbahan bakar tenaga surya bukanlah hal baru. Embrio mobil Sapu Angin Surya menjulur jauh hingga tahun 1985. Pada tahun itu, ITS telah berhasil mengembangkan mobil surya generasi pertama yang diberi nama Widya Wahana 1.
Berlanjut pada tahun 1990, ITS kembali menciptakan generasi kedua dari mobil Widya Wahana yang diberi nama Widya Wahana 2. Lalu tiga tahun setelahnya, yakni pada tahun 1993, mobil Widya Wahana 3 berhasil diselesaikan. “Sayangnya pengembangan mobil-mobil tersebut selalu terkendala biaya,” ujarnya.
Menaggapi perlombaan World Solar Challenge 2013 yang akan diikuti mahasiswanya, Nur Yuniarto tetap merasa optimistis bahwa mobil Sapu Angin Surya bisa menampilkan performa terbaik. Tapi, Nur Yuniarto juga menegaskan bahwa untuk memenangkan lomba ini, keunggulan teknis bukan satu-satunya faktor penentu. Terdapat beberapa faktor lain yang menentukan kemenangan seperti kerja sama tim dan strategi dalam race. “Race-nya akan diadakan selama lima hari full. Pasti akan ada ‘tukaran’ antara mahasiswa-mahasiswa ini. Jadi teamwork harus juga diperkuat,” kata dosen Jurusan Teknik Mesin ini. (ach)