Bintang Pos, Surabaya – Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (kemendikbud) menggelar Seminar pendidikan mengenai kurikulum 2013. Kemendikbud melakukan sosialisasi mengenai kurikulum 2013 yang setelah banyak yang belum memahami kurikulum tersebut, sabtu (15/06/2013) di universitas surabaya (UBAYA).
Kurikulum 2013 ini lebih menekankan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan. “Karena agar semua guru punya tanggung jawab yang sama untuk memberikan ilmu yang tidak hanya memberi pengetahuan tetapi sikap spiritual dan sosial,” ungkap Ir.Sukemi staf ahli mendikbud.
Mendikbut menyebutkan kalau kurikulum ini lebih menekanan pada dituntut kreatif. Agar siswa lebih banyak bertanya, eksperimen, dan siswa untuk menalar untuk berkreatifitas. “Kalau dalam suatu pengajaran siswa tidak ada yang bertanya maka guru itu tidak berhasil dan memahami kurikulum 2013 ini,”sambung Ir. Sukemi.
Penilaian yang dibeban pada kurikulum 2013 ini tidak hanya penilaian kognitif tetapi bisa juga dari penilaian psikomotorik.
“Karena ada perkembangan pengetahuan, pendekatan-pendakat berubah dan keterampilan berubah sehingga kurikulum harus mengalami perubahan,” ungkap Ir. Sukemi pada bintangpos.
“Kurikulum ini bisa berjalan bukan hanya guru yang harus memahami tetapi kepala sekolah dan pengawasnya sehingga yang di berikan agar memberikan berintegrasi,” ungkap Ir. Sukemi.
“Jadi kurikulum ini buat sma dan smk di mana siswa yang sudah memilih jurusan seperti IPA tidak hanya mempelajari tentang IPA tetapi jika siswa ingin mempelajari bahasa maupun ilmu sosial itu bisa,”ungkap Nur salim dosen unesa, dalam sela-sela seminar nasional tersebut.
Dalam penerapan kurikulum tersebut guru sangat berperan aktif dalam kurikulum ini sehingga membuat peran guru semakin berat. “Saya tidak keberatan dengan penerapan kurikulum 2013 tetapi yang saya masih belum faham dan kesulitan tentang format aja yang berawal dari tidak tematik menjadi tematik sehingga itu yang belum memahami,”ungkap rahmadi wijayanto salah seorang guru.
“Pendidikan tidak hanya pendidikan aspek kognitif bukan pendidikan dari kreatif dan pendidikan moral maka dari persoalan non kognitif saja jika pendidik hanya menghajarkan ilmu kognitif saja maka itu pengajar bukan mengajarkan,”ungkap yusti probowati, salah satu dosen psikologi ubaya ini. (kju)