Bintang Pos, Surabaya – Maraknya jasa penukaran uang pecahan dipinggir jalan ternyata tidak mudah dituntaskan.
Bagaimana tidak, berdasarkan pantauan beritajatim.com, mulai awal bulan puasa hingga Senin (29/7/2013), puluhan penjual uang pecahan baru bersandingan saling provokatif menawarkan jasanya.
Mereka terlihat berderetan mulai Jalan Bubutan, Jalan Pahlawan, Jembatan Merah Plaza sampai ke depan Polrestabes Surabaya Jalan Sikatan.
Beberapa penjual ini mengaku sudah bertahun-tahun memberikan layanan tersebut selama menjelang lebaran. Padahal, mereka tahu, Bank Indonesia sudah menghimbau agar tidak lagi menjajakan jasanya di pinggir jalan.
Seperti salah seorang pengepul yang mengaku bernama Haji Abdul Malik (42). Warga Dupak ini mengatakan mulai menekuni jasa ini sejak 13 tahun lalu, dan sampai sekarang dirinya masih eksis berjualan disampaing Tugu Pahlawan.
Pria berbaju hijau yang sedang duduk santai ini menunjukkan bahwa dirinya membawa modal sebesar Rp. 400 juta. Modal tersebut didapatkan dari mobil X-trail yang ia jual senilai Rp. 150 juta dan Honda Jazz senilai Rp. 112 juta. Sisanya, ia dapatkan modal dari tabungan sendiri.
Ketika ditanya, dimana ia mendapatkan uang tukar pecahan sebanyak itu, ia menjawab dari seorang rekannya di Jakarta yang juga salah satu orang dalam di Bank Indonesia. Tuturnya, bahwa dalam transaksi ini ia membayar persen’an kepada orang tersebut dengan uang tunai sebesar 5 persen dari yang total yang ditukar.
“Kalau saya tukar Rp. 100 juta berarti saya bayar 5 persennya. Namun, misalnya saya dapat dari dia Rp. 2.050.000 kemudian saya jual menjadi Rp. 2.060.000 saja. Jadi saya hanya untung Rp. 10 ribu,” ujar pria anak empat ini.
Masih kata Hadi Dul, begitulah panggilan akrabnya. Selama satu bulan, hanya dengan menjajakan jasanya ia dapat meraih keuntungan lebih kurang sampai Rp. 250 juta. Itu adalah angka yang ia dapatkan pada tahun lalu. Untuk tahun ini, hingga hampir mendekati lebaran, ia masih mendapat Rp. 50 juta.
“Tahun-tahun sebelumnya saya dapat laba ratusan jutaan rupiah. Kalau tahun ini memang agak sepi. Karena Bank Indonesia sekarang benar-benar melayani masyarakat lewat bank-bank umum dan mulai membatasi jumlah penukarannya. Trus sama barengan masa masuk sekolah mbak, jadi orang-orang jarang yang tukar uang,” terangnya.
Sementara, berbeda dengan Sultan Hasanudin, pria berusia 25 tahun ini rela berpanas-panasan dibawah terik matahari mulai pukul 07.00 pagi hingga 21.00 malam. Ia mengaku membawa modal berjualan uang pecahan ini sebesar 70 juta rupiah. Itu adalah modalnya selama sebulan. Warga Manukan Surabaya ini mendapatkan modal dengan menggadaikan aset keluarga, yakni perhiasan emas seberat 250 gram dan beberapa perhiasan lainnya untuk memperoleh modal awal sebesar Rp 70 juta.
Pria yang kesehariannya bekerja sebagai pengepul rongsokan ini mendapatkan uang baru dari pemasok seperti Dul. Sultan menyediakan uang baru mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 20 ribu.
Berbicara soal harga, Sultan menjual tiap bendel berisi 100 lembar uang dengan harga yang berbeda-beda. Untuk pecahan Rp 1.000, Sultan menjual dengan harga Rp 130 ribu. Pecahan Rp 2.000 sebesar Rp 220 ribu, Rp 5.000 dijual dengan harga Rp 550 ribu, Rp 10 ribu dengan harga Rp 1.100.000 dan pecahan Rp 20 ribu menjadi Rp. 2.200.000.
“Kalau sekarang memang masih sepi. Biasanya ramai saat H-3. Keuntungan total kalau modalnya Rp 70 juta ya kira-kira dapat 10 persennya,” jelas pria yang sudah tujuh tahun berdagang uang baru jelang lebaran itu,” pungkasnya. (bjt)