KUPANG – Menteri Agama Suryadharma Ali mengharapkan peran serta tokoh agama dan pimpinan umat beragama dalam upaya meredam berbagai gejolak sosial yang muncul pada 2014 yang telah dinobatkan sebagai tahun politik bagi bangsa Indonesia.“Tahun 2014 merupakan titik awal bagi bangsa Indonesia untuk menata kehidupan demokrasinya ke arah yang lebih baik, namun tidak tertutup kemungkinan juga menjadi titik balik terburuk bagi pelaksanaan demokrasi di Indonesia,” jelas Menag Suryadharma Ali.
Menag menegaskan hal itu ketika bertatap muka dengan para tokoh agama yang tergabung dalam Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Nusa Tenggara Timur pimpinan Romo Agus Pareira di Kupang, Senin.
Menurut Suryadharma, demokrasi yang dibangun tanpa mengandung nilai-nilai agama, tidak akan membawa manfaat apa-apa terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, karena hanya akan melahirkan anarkisme dan tindakan kekerasan yang melanggar hak-hak asasi orang lain.
“Demokrasi yang dibangun, bukan untuk mengabaikan hak-hak orang lain dengan cara menghujat, mencacimaki, mendiskreditkan pemerintah dan anarkisme, tetapi harus mampu mengubah keadaan ke arah yang lebih baik,” ujar Ketua Umum DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu.
Peran tokoh agama dan pimpinan umat beragama, kata menag, menjadi sangat penting dan sentral dalam membina umatnya agar tidak bertindak beringas dan anarkis ketika menyampaikan protes dengan berselimutkan demokrasi, karena agama apapun tidak bisa dijadikan alat untuk menciptakan kerusuhan sosial.
Menag Suryadharma Ali mengatakan tokoh agama dan pemimpin umat beragama hendaknya menjadi imam bagi setiap perkembangan yang ada, agar agama tidak terjerumus dalam perubahan yang bermuara pada kerusuhan sosial.
“Agama harus mampu meluruskan yang bengkok-bengkok agar semua berjalan pada rel sosial yang benar, karena agama adalah pemaaf,” katanya dan menambahkan Indonesia merupakan satu-satunya negara di dunia yang memberi penghormatan terhadap agama yang dianut oleh warga negaranya.
“Setiap hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri, Natal, Waisak, Galungan dan hari raya agama Konfunchu, selalu ditetapkan sebagai hari libur nasional, sebagai salah satu bentuk penghormatan negara terhadap agama-agama yang ada,” katanya.
Ia menambahkan negara-negara yang mayoritas beragama Islam seperti di Timur Tengah, tidak pernah memberikan penghormatan kepada agama lain saat Natal, Waisak, atau Galungan.
Demikian pun, negara-negara Eropa yang mayoritas beragama Katolik dan Kristen, tidak pernah memberikan penghormatan kepada agama lain saat Idul Fitri dan lain-lain.
“Hanya Indonesia yang melakukan itu (penghormatan terhadap agama), sehingga tidak terlalu beralasan jika telah terjadi intoleransi di Indonesia saat Amerika Serikat hendak memberikan penghargaan kerukunan hidup beragama kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa waktu lalu,” katanya.
Menag menegaskan adanya kerusuhan yang bernuansa agama, karena adanya provokator yang mengipas-ngipasi serta menyulut emosi orang dengan menyebut kerusuhan antaragama, padahal tak satu pun agama di dunia yang mengajarkan umatnya tentang kekerasan terhadap umat agama lain.
Dalam upaya mengantisipasi semua gangguan yang ada, Menag Suryadharma Ali mengharapkan peran serta tokoh agama dan pimpinan umat beragama pada tahun politik 2014 agar bangsa Indonesia dengan tenang dapat membangun demokrasinya ke arah yang lebih menuju terciptanya kesejahteraan bagi seluruh rakyat.rol