Surabaya – Ketua Tanfidziah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Hasan Mutawakkil Alallah mengusulkan Islah Nasional di hadapan Capres Prabowo Subianto yang akan digelar pascapengumuman hasil pilpres oleh KPU pada 22 Juli.
“Penyelenggaranya bisa PBNU bersama PP Muhammadiyah dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bentuknya bisa Islah Nasional atau Halal Bi Halal Nasional,” katanya saat menyambut kedatangan Capres Prabowo dan rombongan di Gedung PWNU Jatim di Surabaya, Rabu petang.
Prabowo tiba di Gedung PWNU Jatim sekitar pukul 16.40 WIB bersama Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie dan Ketua Tim Pemenangan Nasional Mahfud MD serta Ketua Umum PP ISNU Ali Masykur Moesa, lalu capres nomor 1 itu mengadakan pertemuan tertutup dengan belasan ulama hingga pukul 17.00 WIB.
Belasan ulama peserta pertemuan tertutup antara lain KH Miftachul Akhyar (Rais Syuriah PWNU), KH Hasan Mutawakkil (Ketua Tanfiziah PWNU), KH Nawawi, KH Mas Subadar (Pasuruan), KH Zainuddin Jazuli, KH Anwar Mansur, KH Kafabihi Machrus Aly (Kediri), KH Muzakki Syah (Jember), KH Nuruddin A Rahman (Bangkalan), Drs H Choirul Anam (Cak Anam/Surabaya), dan sebagainya.
Setelah itu, Prabowo bertemu puluhan ulama lainnya hingga berbuka puasa bersama. Dalam pertemuan tertutup dan terbuka itu, Prabowo menyampaikan optimisme akan memenangi Pilpres 2014 yang hasilnya akan diumumkan secara resmi oleh KPU pada 22 Juli mendatang.
Dalam sambutan pengantar di hadapan Prabowo dan rombongan serta puluhan ulama, KH Hasan Mutawakkil Alallah menyampaikan rasa syukur karena Gedung PWNU Jatim selalu menjadi “jujukan” (tempat tujuan) dari para tokoh nasional untuk bersilaturrahmi, seperti Capres Jokowi (14/7) dan Capres Prabowo (16/7).
“Artinya, para ulama masih dipercaya sebagai penerang dalam urusan dunia dan pelita dalam urusan akhirat, karena itu kami mengharapkan semuanya menghormati apapun keputusan KPU demi keutuhan bangsa dan negara ini,” katanya.
Pengasuh Pesantren Zainul Hasan, Genggong, Probolinggo itu menyatakan NU berkepentingan dengan keutuhan bangsa dan negara ini, karena itu termasuk salah satu dari pendiri negara ini, karena itu PWNU berharap semua kalangan bersikap dewasa menyikapi keputusan KPU.
“Soal quick count itu mirip polemik dalam penentuan awal Ramadhan dengan hisab atau rukyat, nah quick count itu ibarat hisab, sedangkan keputusan KPU pada 22 Juli itu merupakan rukyat. Kalau sudah rukyat, apa pun keputusan akan kita terima secara sah,” katanya.
Menanggapi hal itu, Capres Prabowo dalam sambutannya menyatakan senang dengan sikap arif para ulama untuk memberikan kesempatan kepada lembaga penyelenggara pilpres (KPU) untuk memutuskan hasil rekapitulasi secara “real count” dan menerima apa pun keputusannya.
“Walau kita di atas (menang secara real count internal Tim Prabowo-Hatta), kita tidak pernah mengklaim. Kedatangan saya kemari untuk melapor dan mengucapkan terima kasih atas dukungan para kiai. Menjelang pilpres, saya meminta dukungan, restu, dan doa, karena itu setelah kampanye, saya datang lagi,” kata Prabowo.
Mantan Danjen Kopassus itu meyakini siapa pun yang benar akan berujung pada kemenangan juga. “Tapi, pemilihan ini bukan perang, karena kita bersaudara, saya anggap pihak nomor 2 (Jokowi-Jusuf Kalla) itu bukan musuh,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Prabowo juga menyampaikan adanya kekuatan besar dan kekuatan asing yang ingin ikut campur untuk menyimpang dari kedaulatan. “Kita bukan antiasing, tapi apa salahnya kalau kita ingin menikmati kekayaan kita sendiri sebagai negara berdaulat dan berdikari,” katanya.
Setelah bertemu puluhan ulama di Gedung PWNU Jatim, Prabowo bersama rombongan melaju ke tengah Kota Surabaya untuk bertemu dengan tim sukses dan relawan se-Jatim.
Pilpres 9 Juli 2014 diikuti dua pasangan capres-cawapres yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla. atr