Jakarta – Indonesia bisa gigit jari jika pasar kopi berpindah ke Vietnam. “Vietnam belajar menanam kopi di Indonesia beberapa tahun lalu dan sekarang produk mereka berkembang dengan pesat. Kalau kita tidak melakukan apa-apa maka pasar akan pindah kesana,” kata Bihar Sakti Wibowo, Direktur Jakarta Futures Exchange dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Jumat.
Menurut Bihar, Indonesia merupakan negara penghasil komoditi yang luar biasa.
“Permasalahannya juga luar biasa banyak, mulai dari masalah perkebunannya, pemasaran, produksi, kualitas dan lain-lain. Untuk itu diperlukan koordinasi semua pihak yang terkait, termasuk soal regulasi,” katanya.
Sementara itu, Bihar juga menyoroti nasib petani teh Indonesia yang produknya masih belum mendapatkan harga jual ideal produk.
“Petani teh kita, produknya hanya dihargai 1,2 dolar AS per kilogram. Sedangkan teh asal Bangladesh bisa dihargai hingga 3,4 dolar AS per kilonya,” katanya.
“Masalahnya bukan kualitas produk, tapi mentalitas petani kita yang masih kurang. Mereka memasukkan batang-batang teh supaya timbangan berat, tapi kualitasnya dinilai rendah.”
“Ada juga kasus hasil sadapan karet dicampur dengan sandal bekas dan barang-barang bekas lainnya supaya berat bertambah. Hal-hal seperti ini menurunkan kualitas produk-produk Indonesia,” katanya. atn