Bintang Pos, Surabaya – Pasar-pasar swalayan di Inggris membatasi pembelian susu formula untuk bayi karena meningkatnya permintaan di Cina.
Danone, produsen susu Aptamil dan Cow serta Gate mengatakan sebagian besar pasar swalayan menerapkan pembelian maksimal dua pak/kaleng untuk setiap pembeli.
Produsen mengatakan pembatasan itu untuk mencegah orang membeli susu bayi dalam jumlah besar untuk “ekspor tidak resmi.”
Para pengecer juga membatasi pembelian susu SMA dari Nestle, meski produsen itu mengatakan tidak kekurangan stok.
Danone mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Kami mengerti adanya peningkatan permintaan susu bayi yang dipicu oleh ekspor tidak resmi ke Cina untuk memuaskan orang tua yang menginginkan merk Barat untukbayi mereka.”
Dahaga Cina
“Kami ingin meminta maaf pada para orang tua atas ketidaknyamanan yang diakibatkan oleh pembatasan ini. Kami tahu bahwa kebanyakan orang tua hanya membeli satu pak saja, kami harap dampak pembatasan ini pada orang tua di Inggris akan seminim mungkin,” tambahnya.
Sejumlah swalayan di Inggris seperti Asda, Sainsbury’s, Tesco dan Morrisons mengatakan pembelian beberapa merk tertentu akan dibatasi dua unit untuk setiap pembeli setiap hari.
Susu formula buatan asing populer di Cina sejak susu formula buatan lokal yang dicampur bahan melamin menewaskan enam anak pada 2008 dan menyebabkan 300.000 bayi lainnya sakit.
Awal tahun ini, toko-toko di Australia terpaksa membatasi pembelian susu formula karena pembeli dan turis Cina membeli susu dalam jumlah besar dan mengirimnya ke Cina atau menjualnya secara online.
Otoritas Hong Kong juga mulai menerapkan pembatasan pembelian pada bulan Februari untuk mencegah kekurangan stok dan mencegah orang meninggalkan Hong Kong dengan membawa lebih dari 1,8 kg susu formula.
Bulan lalu, 10 orang ditangkap karena berusaha menyelundupkan susu formula dari Hong Kong ke Cina.
Danone mengatakan mereka mengambil tindakan untuk merespon kekurangan stok di Inggris, termasuk meningkatkan produksi susu yang berarti pasokan susu datang setiap minggu, menurut koresponden bisnis BBC Emma Simpson.(bbc-gug)