Bintang Pos, Surabaya – Perebutan kursi Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur rupanya sedang memasuki babak panas . Nampaknya, saat ini masyarakat jawa timur sedang di pertontonkan dengan jurus-jurus maut dan mematikan itu , yang kini tengah di mainkan.
Bak sebuah perang, masing-masing kubu melakukan perang urat syaraf untuk menjatuhkan mental lawan sebelum bertanding . Disisi lain, perebutan kursi gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur ternyata berbau sebuah misi idiologi dan faham sebuah ajaran . Benarkan demikian ?
Seperti yang di ungkapkan Bambang Smit , Tokoh Pemuda Demokrat Jawa timur ini , berpendapat bahwasanya Pemilihan Kepala daerah Jawa Timur tahun ini , yaitu bukan ajang pertarungan partai politik , akan tetapi ajang pertarungan dua kader banteng.
Mengapa disebut pertarungan antara kader Banteng ? Pasalnya, kedua figur yang akan bertarung pada Pilgub Jatim nanti yakni Soekarwo dan Bambang DH merupakan alumni GMNI (Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia). Nah, suasana ini pun menarik perhatian dari berbagai kalangan, dan spontan memunculkan konstelasi atau hubungan emosional dari dua figur tersebut.
Hal ini lah menurut Bambang Smit,dalam pilgub jatim 2013 potensi terjadi konflik sangatlah kecil karna keduanya tentu membawa visi dan misi kerakyatan yang di dalamnya terbungkus ajaran-ajaran atau faham soekarnoism dan marhaenisme. Sebut Bambang
“Jika Soekarwo dapat di katakan berhasil memenuhi Jargon “APBD Untuk Rakyat” pada Pilgub 2008 dan merealisasikan program bantuan untuk Kabupaten/Kota se-Jawa Timur, maka lain pula dengan Bambang DH , menjabat 2 Periode sebagai Walikota Surabaya merupakan modal penting dalam pertarungan Pilgub jatim 2013?
Seperti yang sudah disebutkan tadi,bahwa faham atau ajaran soekaronism atau marhaen yang begitu potensial di bawa kedua Figur terbaik Jawa Timur dalam pertarungan memenangkan Pilgub Jatim 2013 . Ini artinya ketenangan masayarakat jawa timur dalam Pemilihan Kepala daerah tahun ini sangat terbuka lebar . yakinkah ?
Sekilas tentang Marhaenis , Marhaenis adalah ideologi yang menentang penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa. Untuk masa sekarang, ideologi ini telah berkembang dan dikenal dengan nama Marhaenisme Kekinian. Ideologi ini dikembangkan dari pemikiran presiden pertama Indonesia, Soekarno. Ajaran ini awalnya bermaksud mengangkat kehidupan rakyat/orang kecil. Orang kecil yang dimaksud adalah petani dan buruh yang hidupnya selalu dalam cengkeraman orang-orang kaya dan penguasa.
Marhaenisme diambil dari seorang petani bernama Marhaen yang hidup di Indonesia dan dijumpai Bung Karno pada tahun 1920-an. Dalam versi yang berbeda, nama petani yang dijumpai Bung Karno di daerah Bandung, Jawa Barat itu adalah Aen. Dalam dialog antara Bung Karno dengan petani tersebut, selanjutnya disebut dengan panggilan Mang Aen.
Kehidupan dari keluarga sederhana inilah . kemudian memicu berbagai pertanyaan dalam benak Bung Karno, yang akhirnya melahirkan berbagai dialektika pemikiran sebagai landasan gerak selanjutnya.(det)