BintangPos, Surabaya – Sutradara sekaligus produser Film “Rectoverso” yang masih berpredikat artis, yakni Marcella Zalianty dan Happy Salma, sempat ragu datang ke Surabaya untuk mengenalkan karya film mereka, karena khawatir minimnya sambutan dari masyarakat.
“Ketika tahu harus promosi ke Surabaya, kami sampai berpikir ulang jadi atau tidak,” kata salah satu sutradara “Rectoverso”, Happy Salma, saat ditemui di sela-sela acara “Meet and Greet” di Tunjungan Plaza Surabaya, 26/2.
Keraguan itu, menurut ia, didasarkan pengalaman dari sejumlah seniman dan artis di Tanah Air yang menilai masyarakat Surabaya kurang begitu antusias untuk menonton film lokal dibandingkan film “box office” (laris).
“Sementara pasar perfilman seperti di Bandung dan Yogyakarta justru menunjukkan animo yang berbeda. Bahkan, sejumlah film karya anak bangsa banyak diminati di dua kota itu,” ujarnya.
Untuk itu, melalui film terbarunya yang diproduksi dengan konsep omnibus atau menggabungkan beberapa cerita pendek hingga menjadi sebuah karya, Happy Salma ingin mengedukasi masyarakat agar lebih menggemari film lokal yang berkualitas.
“Karya ini meliputi lima film pendek di antaranya Curhat Buat Sahabat dan Hanya Firasat. Bahkan, sengaja menyajikan ruang musik dan ruang baca tersendiri, sehingga tampak adanya metamoforsis,” katanya.
Ia berharap, kehadiran film Rectoverso yang dikerjakan bersama sejumlah sutradara lain seperti Olga Lidya, Cathy Sharon, dan Rachel Maryam dapat memberi nuansa berbeda terhadap perkembangan dunia perfilman nasional.
“Karya yang mengumpulkan beberapa energi ini adalah bentuk kecintaan kami terhadap Indonesia,” katanya.
Ketua Bidang V Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Jatim Ahmad Adisuryo menyatakan dukungannya terhadap upaya sineas muda berbakat dalam mengedukasi masyarakat perfilman nasional dengan karya mereka yang berkualitas.
“Kami sengaja memilih Rectoverso untuk dikenalkan kepada penggemar film Surabaya, karena karya ini menarik, meskipun bagi masyarakat awam film tersebut konsepnya ‘berat’. Apalagi, diangkat dari karya sastra,” katanya.
Akan tetapi, keberadaan film itu diharapkan mampu meningkatkan potensi pengusaha muda di Jatim supaya karyanya di bidang industri kreatif semakin dikenal masyarakat lokal maupun internasional.
“Khususnya Usaha Kecil Menengah yang kian prospektif di sektor industri kreatif. Pada tahun 2020, kami optimistis pelaku industri kreatif dari kalangan UKM bisa bertambah menjadi 20 persen atau tumbuh 5 juta per tahun di Indonesia,” katanya.
Untuk mewujudkannya, lanjut dia, peran Jatim sangat diperlukan mengingat provinsi itu selama ini mempunyai sejumlah pelaku industri kreatif yang berorientasi ekspor dan pasar domestik. Bahkan, masyarakat Jatim yang terbiasa berpikir kreatif juga banyak terutama dari anak muda sehingga mereka perlu diakomodasi. (ant-Dha)