Jakarta – Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Mirza Adityaswara menjelaskan alasan mengapa Bank Indonesia pada 1999 mencetak uang di Australia. Menurutnya, pencetakan uang di luar negeri dilakukan guna mengantisipasi fenomena Y2K yang terjadi pada saat itu.Di Puri Cikeas, Kamis 31 Juli 2014, Mirza menjelaskan, kegagalan sistem komputer mengenali digit tahun pergantian milenium tersebut berpotensi terjadinya lonjakan permintaan uang pada saat itu. Karena itu BI harus mengambil langkah antisipasi.
“Itu dulu kan Y2K itu orang tidak tahu apa yang akan terjadi. Jadi dalam rangka mengantisipasi lonjakan permintaan terhadap uang, kemudian BI pada saat itu melakukan pencetakan di luar negeri,” katanya, Kamis, 31 Juli 2014.
Mirza Adityaswara menegaskan, saat itu BI mengganggap Indonesia sedang menghadapi kondisi khusus, karenanya antisipasi dengan pencetakan uang baru dilakukan. Namun, penjelasan lebih lanjut mengenai hal ini akan disampaikan secara khusus oleh Gubernur BI beberapa hari kedepan.
“Kondisi spesial menghadapi Y2K, itu akan ada penjelasan lebih lanjut,” katanya.
Mengenai kewenangan percetakan uang, dirinya mengakui, pada saat itu memang menjadi tanggungjawab penuh BI. Tapi saat ini, dengan disahkannya Undang-undang mata uang pada 2011 lalu, percetakan uang berkoordinasi dengan pemerintah.
“Nah mulai 17 Agustus 2014, uang itu namanya uang NKRI, yang ada tanda tangan Menkeu. Tapi kalau 1999 kita bicara kewenangan full BI,” ujarnya.
Dia juga menegaskan hanya satu kali Indonesia mencetak uang di luar negeri. Saat ini percetakan uang dilakukan di Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri).
Y2K atau biasa disebut dengan Year Two Kilo merupakan kesalahan perhitungan oleh komputer pada sistem dokumentasi digital yang disebabkan oleh penggunaan sistem penanggalan tahun yang menggunakan dua digit.
Dengan asumsi kedua digit pertama adalah “19”. Hal ini dilakukan pada tahun 1960-an, ketika komputer generasi awal dikembangkan dengan tujuan untuk menghemat media penyimpan.
Ketika tahun 2000 tiba, maka komputer akan membaca perubahan tanggal dari 31 Desember 1999 menjadi 1 Januari 1900.
Saat itu, harga memory dan media penyimpannya masih sangat mahal, ditambah dengan bahasa pemrograman yang membutuhkan banyak memori untuk bisa beroperasi, karena itu, penyingkatan sistem menjadi dua digit penanggalan dipilih sebagai solusinya.
Kesalahan pembacaan tanggal ini dikhawatirkan akan menimbulkan masalah dalam berbagai aspek, mengingat komputer telah digunakan untuk berbagai fasilitas – fasilitas penting. Karena komputer tidak dapat membaca penanggalan di tahun 2000, maka dikhawatirkan akan terjadi banyak masalah dalam berbagai fasilitas, seperti perbankan, PLTN, Bandara, dan lain-lain. vns