Bintang Pos, Surabaya – Praktik kekerasan dalam lembaga pendidikan kembali terjadi. Kali ini enam wali murid atau orang tua siswa mendatangi SMK PGRI 3 Kota Bogor, Jawa Barat, lantaran salah satu guru sekolah itu diduga kuat memukul enam pelajar karena kedapatan tidak mengerjakan tugas.
Guru yang diadukan adalah Dede Irawan. Dia adalah tenaga pengajar bidang Seni Budaya di SMK PGRI 3. Sementara enam siswa dipukul itu bernama Luthfia, Sena Indrawan, Rian Kurniawan, Yogi Perdana, Ujiansyah, dan Firli. Mereka merupakan siswa kelas X jurusan Pemasaran.
Menurut pengakuan Sena, dia dipukul Dede karena ketahuan tidak mengerjakan tugas yang diberikan saat pelajaran berlangsung.
“Waktu pelajaran kedua ada tugas menghapal fotokopian. Yang hafal disuruh maju ke depan kelas, tapi tidak ada yang hafal. Lalu gurunya marah, ada yang ditampar pakai tas, ada juga yang dijambak dan ditendang,” kata Sena, Selasa (2/4).
Sena mengatakan, dia dan teman-temannya sering dimarahi Dede. Karena mendapat perlakuan kasar, dia melaporkan kejadian pemukulan kepada orang tuanya. Tetapi, dia melanjutkan, saat mengadu kepada orang tua masing-masing, Dede malah mengatakan mereka memiliki kepribadian buruk.
“Pernah juga diberi uang Rp 20 ribu untuk damai setelah dipukul,” ujar Sena.
Lantaran tidak terima anak mereka dipukul oleh gurunya, beberapa orang tua murid itu mendatangi pihak sekolah guna meminta pertanggungjawaban.
“Kok guru mengajar dengan kekerasan. Kami orang tua saja tidak pernah menampar anak,” kata Ety Susanti, salah satu orang tua siswa.
Pihak SMK PGRI 3 langsung menggelar pertemuan hari ini juga antara guru, siswa, dan orang tua. Dalam mediasi itu, Dede Irawan mengaku khilaf dan emosi saat proses belajar mengajar, hingga menampar enam siswa itu. Dia juga menyampaikan permohonan maaf kepada para siswa dan orang tua murid atas perbuatannya, dan berjanji tidak akan melakukannya lagi.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMK PGRI 3, Ujang Abdurohim, mengakui peristiwa pemukulan yang dilakukan oleh salah satu gurunya. Menurut dia, kejadian itu memang tidak dibenarkan dan tidak boleh terjadi.
“Kami sudah melakukan pertemuan dengan siswa dan orang tua. Ini permasalahan siswa sudah lama karena dikejar-kejar nilai. Tugas fotokopi itu salah satunya untuk mengisi nilai rapor,” kata Ujang berkilah.
Namun menurut Ujang, emosi Dede meletup lantaran dia didesak segera memasukkan nilai, dan berupaya tidak ada siswa mesti melewati perbaikan nilai. Padahal, dia mengatakan, dari enam siswa dipukul itu, tiga di antaranya memang nilainya sama sekali belum masuk ke dalam rapor.
“Anak-anak ini sudah lama tidak dapat nilai. Saya juga tidak membenarkan perlakuan Pak Deden. Harusnya guru jangan emosi, apalagi sampai menyakiti anak-anak,” ujar Ujang.
Ujang menambahkan, permasalahan pemukulan itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Dia menegaskan orang tua dan guru sudah saling memaafkan, sehingga tidak ada tindakan menuntut antara kedua belah pihak.(mdk-pgh)